Ini hanya tentang Kawi yang kutahu. Hanya sebatas pengetahuanku dan pengamatanku. Kawi adalah anak satu-satunya. Kemungkinan besar, ia sangat disayang orang tuanya. Seperti kebanyakan sifat anak satu-satunya, dia mandiri, dia bisa mengurus semuanya sendiri, independent. Tapi jelas ada beberapa hal yang dia tidak bisa urus sendiri. Dia terlihat jarang bekerja di dapur, terlihat canggung ketika kerjanya diperhatikan. Terutama kalau aku yang memerhatikan. Hehe.. Pernah ketika di lapang, karena aku berdiri mengantri di sebelahnya, hanya kita berdua di dapur, dia mempercepat mencuci 3 piring sekaligus. Hasilnya? Ada sabun yang sisa di belakang piring dan dia harus mencuci ulang. Hehe.. Dia jarang menyapu. Aku pernah melihatnya salah memegang sapu. Pas aku ingatkan, dia cuma menjawab, "biarin". Dasar bocah. Hehe.. Dia jarang bekerja. Dia harus selalu diberi komando. Inisiatifnya pun kurang. Kalau anak-anak di kelas menganggap dia sebagai sosok yang dewasa, aku justru mel
Aku lahir dari keluarga berada dengan Orang tua yang selalu memenuhi kebutuhanku. Tapi seseorang pernah berkata, kita tidak bisa memilih akan lahir di keluarga yang mana -yang mencukupi "uang atau kasing sayang". Sesuai teoir itu, walau keluargaku bercukupan, walau banyak anak-anak seusiaku yang iri melihat kehidupanku, mereka tidak pernah tahu apa kualami sejak kecil. Ketika aku berusia 5 tahun. Orang tuaku bertengkar. Ayahku melemparkan nasi ke wajah ibuku dan memukulinya. Aku cuma bisa menangis saat itu. Aku tidak tahu alasannya kenapa. Ketika aku SD, SMP dan SMA. Aku sering melihat ayahku memukuli ibuku. Berantem karena hal yang tidak kupahami. Aku hanya bisa menutup telingaku dengan headset, mendengar musik-musik dengan volume kencang. Ayahku sering berkata kasar, baik kepada ibuku mau pun diriku. Kakakku adalah laki-laki yang manja. Aku tidak bisa akrab dengannya karena aku membenci sifatnya yang suka memanfaatkan uang ayah mau pun ibuku. Itu memang haknya sebag